Judul : Perahu Kertas
Penulis : Dee
Penerbit : True Dee Pustaka Sejati dan Bentang Pustaka
Tahun Terbit : Februari 2010
Jumlah Halaman : 444 halaman

Belakangan ini saya dibuat penasaran dengan novel ini setelah mengetahui bahwa novel ini akan difilmkan dalam waktu dekat. Rasa penasaran itu terobati sudah setelah kurang lebih seminggu (akhirnya) saya bisa membabat habis novel ini.

Perahu kertas bercerita tentang dua anak manusia yang bisa diibaratkan sebagai bumi dan langit yang kemudian dipersatukan melalui laut. Keenan, seorang yang pendiam, sedikit cuek, dan mempunyai bakat luar biasa dalam hal melukis yang kemudian membuatnya bercita-cita sebagai pelukis.

Sementara Kugy adalah gadis yang cenderung berantakan, spontan, eksentrik, dan menggilai dongeng yang membuatnya bercita-cita menjadi juru dongeng.

Keenan dan Kugy dipertemukan melalui tokoh Eko dan Noni. Eko yang merupakan sepupu Keenan dan Noni yang merupakan sahabat baik Kugy. Singkat cerita mereka bersahabat. Keenan diam-diam mengagumi Kugy karena bakat menulisnya, sementara Kugy mengagumi Keenan karena bakat melukisnya. Kedekatan itu akhirnya memicu cinta tumbuh diam-diam di antara mereka. Namun, baik Keenan dan Kugy sama-sama berada dalam posisi sulit. Kugy masih berstatus sebagai pacar Ojos, sementara Keenan diam-diam dijodohkan dengan seorang kurator muda bernama Wanda.

Sejak melihat kedekatan Keenan dan Wanda, Kugy semakin menarik dari lingkaran persahabatan itu. Dia menjadi pendiam dan lebih banyak murung. Hubungannya dengan sahabatnya mulai merenggang. Kugy pun menenggelamkan diri pada kesibukan yang diciptakannya sendiri, mulai dari keputusan lulus cepat dan menerima ajakan Ami untuk menjadi pengajar relawan di Sakola Alit, sekolah yang mempertemukannya dengan Pilik, murid paling nakal sekaligus inspirasi bagi dongeng-dongengnya selama ini. Dongeng yang kemudian diserahkannya pada Keenan untuk dibuatkan ilustrasi. Sementara Keenan, mimpi menjadi pelukis yang tidak disetujui ayahnya harus membuatnya nekat mengambil keputusan berhenti kuliah demi bisa total melukis. Dan pengorbanannya seperti menemukan kebuntuan saat mengetahui bahwa Wanda telah menghancurkan semua mimpinya.

Dalam keadaan frustasi, Keenan memutuskan 'melarikan diri' ke Ubud, menetap di rumah Pak Wayan, seorang seniman yang disegani di Bali, sahabat ibunya. Di Ubud, Keenan bertemu Luhde Laksmi. Seperti sebuah gurun yang kemudian menemukan kembali oasenya, pelan-pelan Keenan mulai menemukan kembali rasa percaya dirinya. Dia kembali melukis, berkat Luhde juga berkat buku dongeng pemberian Kugy. Singkat cerita, Keenan mulai menerima Luhde sebagai seseorang yang penting di hatinya saat itu.

Seperti yang direncanakan, Kugy lulus cepat. Mendapat rekomendasi kerja dari Karel di sebuah perusahaan iklan sebagai copywriter. Di perusahaan itu, Kugy bertemu dengan Remigius, atasannya. Melihat ide-ide spontan yang selalu keluar dari otak Kugy, Remi mulai memperhitungkan Kugy di kantornya dan tanpa sadar dia pun jatuh cinta pada Kugy.

Cerita ini terus berlanjut, dengan konflik-konflik runtut seperti sebuah cerita bersambung. Berbeda dengan novel Dee yang pernah saya baca, Perahu Kertas justru menggunakan diksi yang ringan, dengan dialog-dialog khas remaja. Tidak terlalu detil tapi saya pribadi sangat menikmati setiap diksi yang Dee tulis di novel ini. Saya sendiri sebenarnya kurang terlalu menyukai novel dengan terlalu banyak tokoh. Namun, di novel ini Dee mengemas tokoh-tokohnya rapi. Hampir semua tokoh memiliki keterkaitan satu sama lain. Dengan format seperti cerita bersambung, keberadaan tokoh yang terlalu banyak tidak menjadi halangan buat saya untuk terus membaca. Hanya saja ada beberapa bagian yang saya rasa terlalu diulur-ulur. Yang membuat saya gemas membaca bab demi bab hanya untuk mengetahui kejutan apa yang akan Dee hadirkan di ending nanti, meski saya tahu, roman memang cenderung berakhir happy ending dan tokoh selalu diset untuk menjadi 'satu'. Intinya, saya sudah menebak-nebak, akan dibawa kemanakah cerita ini sebenarnya, dengan ending yang seperti apa.

Mendekati bab-bab akhir, saya mulai tidak sabar. Beberapa kali tebakan saya di awal-awal bab ternyata berakhir sesuai dengan yang saya pikirkan. Satu-persatu masalah mulai terlucuti satu-satu. Dan benang merah mulai terbuka jelas.

Tidak seperti bab awal yang membuat saya antusias, bab-bab menjelang akhir justru membuat saya kecewa berat. Meski novel ini bisa dikatagorikan novel galau maksimal dengan konflik batin yang membuat saya mengumpat sendiri, yang terkadang membuat saya menahan napas, yang kadang membuat saya gemas. Saya justru menemukan kebetulan-kebetulan yang sedikit 'maksa', mulai dari Keenan yang bertanya kepada Noni perihal perubahan sikap Kugy. Mulai dari Keenan yang tiba-tiba mengetahui hilangnya Kugy adalah ke rumah Karel. Mulai dari Kugy dan Keenan yang tidak sengaja dipertemukan di tempat-tempat tak terduga seperti pantai tempat mereka pernah mempunyai kenangan. Mulai dari kerelaan hati Remi melepas Kugy di waktu yang hampir bersamaan dengan Luhde yang akhirnya rela melepas Keenan. Saya merasa tokoh Remi dan Luhde terlalu memiliki jiwa malaikat. Saya justru menyukai tokoh Wanda dan Ojos yang real.  Dengan keegoisan yang Dee ciptakan, saya merasa Keenan adalah orang paling plin-plan sedunia. Dan Kugy adalah orang paling jahat yang pernah ada di muka bumi.

Dan saat saya selesai membaca novel ini, kekecewaan saya bertambah. Saya merasa ada sesuatu yang kurang di dalam penyelesaian novel ini. Ada beberapa bagian yang sengaja dibuat menggantung. Tentang mimpi mereka, tentang idealisme yang sejak awal menjadi 'ratu' di setiap cerita. Dan di ending, saya tidak menemukan mimpi itu berlabuh kemana. Hanya menemukan secuil petunjuk samar.

Di awal-awal, saya mengharap ada adegan dimana Keenan menyerahkan pahatan hati yang sempat dia buat untuk Kugy dan Kugy menyerahkan draft dongengnya kepada Keenan. Haha..
*yang ini abaikan*

Namun, di balik itu semua saya menikmati setiap filosofi yang berusaha Dee ungkapkan di novel ini. Filosofi tentang hidup, tentang kejujuran, tentang pengorbanan, tentang mimpi. Mimpi ternyata bisa mengajari kita banyak hal. Dan selama ada tekat dan kemauan mimpi pasti akan menjadi kenyataan. Kita semua hanya butuh kesempatan. :)

Dan sekarang, saya ganti penasaran dengan filmnya. Entah sampai kapan demam Keenan ini akan terus menghantui saya. Haha :))

cheers,
@ao_shy

Jakarta, Agustus 2012

Published with Blogger-droid v2.0.6