Saya menyebutnya cahaya. Sebuah cahaya yang tiba-tiba datang entah dari arah mana. Cahaya yang begitu hangat, jauh lebih hangat dari senja-senja yang biasa saya intip diam-diam dari balik jendela. Cahaya yang akhirnya menyeret saya dari kegelapan yang selama ini membuat saya gelisah. Kegelapan yang dingin, kegelapan yang pekat.
Saya belum pernah merasa seringan  ini, setenang ini, sebebas ini. Seperti merasakan lagi kerinduan yang hilang. Seperti menemukan kembali kepingan-kepingan kerinduan yang sempat tercecer dari dalam hati saya. Dan akhirnya saya bisa memungutnya satu-satu untuk menjadikannya sebuah puzzle yang utuh berisi kerinduan.
Saya tidak tahu bagaimana awalnya cahaya itu datang menyapa saya. Lalu menyeret saya. Membimbing saya berjalan di antara kegelapan-kegelapan yang terkadang membuat saya tersandung, jatuh tersungkur dan berdarah.
Saya terharu. Saya tidak bisa membendung apa yang selama ini saya sembunyikan dalam kelopak mata saya, dalam hati saya. Saya ingin menumpahkan kerinduan itu dalam malam-malam sunyi dengan pendar-pendar kerinduan yang hening, yang bisu, yang diam, yang membuat tubuh saya menggigil hingga terisak dalam sebuah percakapan sunyi yang mampu menghangatkan hati saya.
Saya ingin memeluk kerinduan itu, menjaganya. Sebab saya ingin berjalan bersamanya untuk kembali. Yah, saya ingin kembali.